Ipsum Tempor

Sit amet

Ultricies Eget

HADIAH LEBARAN








Read More >>> ...

APAKAH HARUS !!!

Beberapa bulan yang lalu saya berbincang-
bincang dengan sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam sebuah komunitas fotografi. Mereka bertanya, “mas, apa yang harus saya kami lakukan untuk bisa jadi fotografer professional yang baik.”
Pada kesempatan lain, di sebuah sesi workshop fotografi seorang peserta bertanya kepada pembicara yang merupakan fotografer professional yang cukup terkenal, “pak, untuk bisa bikin foto sebagus itu peralatan dan props apa saja yang harus disiapkan?”



Saya jadi teringat suatu waktu ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Hari itu adalah hari terakhir sebelum
saya dan teman-teman sekelas pergi berkemah di luar kota. Wali kelas yang waktu itu seharusnya tidak mengajar,
tiba-tiba masuk ruang kelas dan menyampaikan pengumuman mengenai
daftar barang-barang yang harus di bawa pada saat berkemah besok. Beberapa barang yang ada di daftar itu memang barang-barang yang wajib di bawa karena merupakan tugas. Sementara
sebagian lainnya walaupun berupa barang-barang pribadi seperti peralatan
mandi, snack, obat-obatan, selimut
tetap disampaikan dalam daftar bawaan yang masih diberi penekanan “harus dibawa”.
Mungkin cara kita dididik yang lebih menyerupai disuapi dibandingkan dengan mengamati, mencerna, mengerti dan memilih sendiri yang membuat kita seringkali menggunakan kata-kata harus. Sehingga banyak orang yang ketika memperdalam kemampuan
berfotografi sering dihantui dan dikuasai oleh kata-kata “harus ini… dan harus itu.” Tapi apakah benar bahwa segala sesuatunya merupakan sebuah keharusan? Mengutip perkataan
seorang sahabat pada sebuah sesi tanya jawab sebuah seminar ia berkata kira-kira seperti ini, “kalau kita berbicara
tentang harus, seolah-olah kita membicarakan sesuatu yang tertulis di kitab suci sehingga kealphaan untuk melakukannya merupakan dosa.”
Ada sekelompok orang yang meyakini bahwa hidup manusia sudah ditentukan
oleh Yang Maha Pencipta lengkap dengan detail tindakan dan perkataan seperti pada sebuah screenplay sebuah
film. Orang-orang ini meyakini bahwa semua sudah digariskan oleh
“kalau kita berbicara tentang harus,
seolah-olah kita membicarakan
sesuatu yang tertulis di kitab suci sehingga kealphaan
untuk melakukannya merupakan dosa.

Read More >>> ...

Jurnalis Photography



“motret pengantin serba salah mas,kalau pengantinnya jelek males motretnya.
Kalau pengantinnya cantik jadi boros film.mending jadi foto jurnalis, hehehe”
(Supriyatin,Pewarta Photo)
Berbicara mengenai hal-hal yang harus diperhatikan oleh fotografer jurnalis,
saya menganjurkan fotografer jurnalisuntuk lebih kreatif dan lebih rajin
menjari angle. “Jangan malas pindah
kalau memang bisa dapat lebih bagus.
kaya foto saya waktu MAY DAY bisa dapat
momenya karena saya nggak malas pindah.
Waktu itu saya lihat mulai rusuh antara
polisi dengan yang demo.
Untuk itu saya cari tempat
yang lebih bagus untuk memotret dan
akhirnya dapat.



Mengenai komposisi, saya merasa
beruntung bisa banyak belajar dari
foto-foto yang dibuat fotografer Reuters
di seluruh dunia. “Tuntutan akan
komposisi juga berkembang pesat,
jadi jangan cepat puas pada komposisi
tertentu. Misalnya saja dulu orang suka
komposisi yang agak wide, sekarang
lebih suka yang hight.

Selain itu untuk menjadi fotografer
jurnalis yang baik saya juga menyarankan
fotografer muda untuk siap
mental “Harus mau ditempatin di mana
saja, di kondisi apapun. Fisik harus siap,
jangan lupa terkadang kita berada di
situasi di mana makanan dan air susah.
"kaya saya ini kalo ga ada air sama makanan
motret jadi males"

Dan yang tidak kalah penting juga
harus bisa nempatin diri. Hati-hati peluru
nyasar, konflik, dll.
Harusdiingat juga bahwa fotografi berkembang
terus, dulu kita hebat belum tentu
sekarang masih up to date. Makanya
terus eksplorasi.

Read More >>> ...

H-2 di St. KA Senen


yupz..
budaya atau kebiasaan yang di lakukan masyarakat
Jakarta menjelang lebaran mungkin sudah menjadi tradisi
yaitu dengan mudik ke kampung halaman.
objek yang di ambil adalah kepadatan St. KA Senen
mungkin kereta api(Ekonomi) sebagai alat transpotasi yang paling murah
hingga kepadatanya pun tak terelakan.




Read More >>> ...

BElAJAR FOTOGRAFI MELALUI JALUR OTODIDAK

Lebih dari 90% peminat fotografi meniti jalan otodidak untuk meningkatkan kemampuan mereka berfotografi. Amat sedikit yang berkesempatan mengenyam pendidikan formal fotografi. Ada beberapa alasan yang mendasari hal ini, mulai dari sedikitnya jumlah perguruan tinggi yang menyediakan program studi fotografi di Indonesia, relatif tingginya biaya studi fotografi di luar negeri, hingga pada ketidaksetujuan orang tua dari anak yang tertarik melanjutkan pendidikan tinggi di program studi fotografi dengan alasan ketidaktahuan bahwa profesi fotografi kini bisa menghidupi.

Sebagian besar yang dengan alasan apapun tidak mengenyam bangku sekloah
fotografi terpaksa berguru di “jalan” dan di komunitas-komunitas. Namun kelompok
ini tidak bisa dianggap remeh, karena justru kelompok otodidak inilah pula
yang mendominasi nama-nama papan atas dunia perfotografian professional.
Mulai dari Sam Nugroho yang lulusan Arsitektur, Roy Genggam yang lulusan
sinematografi, Gerard Adi yang juga lulusan arsitektur, Heret Frasthio yang lulusan
komunikasi, Henky Christianto yang lulusan fakultas ekonomi, Djoni Darmo yang
lulusan teknik, dan masih banyak nama yang menjadi besar dan diakui karena
kemampuan fotografinya.

“belajar di komunitas sama seperti orang buta yang belajar berjalan kepada orang buta yang sudah lebih lama buta. Berhasil atau tidaknya bergantung kepada diri kita sendiri dan juga orang yang mengajari kita. Hal yang memungkinkan terjadinya kegagalan adalah ketika orang buta yang dipilih untuk mengajari kita ternyata bukan orang buta yang bisa “melihat”.

Read More >>> ...

Salam KeNaL Bro!!!!

HAi Hai..
bwt Lu smua yang doyan sama fotografi di sini TmpaTnya

tMpat serua-seruan Bwt sharing Foto
Comen-comen Yang Mndukung..
Bwt belajar
all About Fotografi

Thxx Bro..//

Read More >>> ...